Malam sebelum tidur,
di akomodasi favorite-nya para backpacker untuk menhemat duit: Hostel. Khususnya
kamar dorm. Untuk dorm, satu ruangan bisa berisi dari hanya 4 bed, 2 kamar
tinggat ( bunk bed) sampai belasan
bahkan puluhan bed. Dorm yang saya tempati total ada delapan bed: 4 bunk bed.
Bed sebelah terus berdecit. Handuk, selimut dan semacam kain Bali
menjadi semacam tirai penghalang ala kadarnya. Terdengar nafas berburu, diikuti
pemandagan tirai ala-ala yang terus melambai-rumbai.
Kasian mbak Argentina yang
ada di bed atas.
Bangun pagi,
jogging dan ikut kelas yoga di sekitaran Esplanade Lagoon, Cairns. Sampai dihostel, langsung menuju kamar mandi.
Hostel yang ku tempati memiliki dua lantai. Saya berada di lantai atas. Kamar
mandi memiliki tiga bagian: kamar mandi khusus wanita, pria dan campur. Meskipun
tiap bagian memiliki sekitar sepuluh shower
tetap saja, ada saat-saat tertentu dimana kita harus mengantri. Yups,
ngantriii man!
Okay,
sudah saya pilih kamar mandi paling ujung yang bakal saya tunggu. Ambil buku,
duduk, baca-baca sembari menunggu. Kelar baca satu chapter, mbak-mbak yang ngantri
di kamar mandi sebelah sudah kelar dan silih berganti.
“..tok…tok..tok..!!” saya ketuk pintu.
Pssssss…. Suara air mengalir.
Oh well, mungkin si
mbak di dalam hampir kelar tinggal bilas.
Lima
menit kemudian.
Hmmm,
si mbak belum kelar juga. Serentak saya berdiri, tenggok kanan kiri. Kamar mandi
yang lain sudah terlanjur ditunggu oleh mbak-mbak yang baru datang. Okelah terpaksa saya stay dan menunggu,
LAGI.
Lamaaa…
Kreekk..
pintu terbuka.
Mbak
Afro-American keluar dengan rambut masih basah dan selehai handuk mini membalut
tubuh ala kadarnya. Si mas Italy dari bunk
bed tentangga sebelah mengikuti, hanya mengenakan semacam celana dalam. Di
gandengnya mbak berambut keriting berhanduk biru.
Klek,
pintu terbuka. Saya balik badan, kembali kekamar, ganti baju, semprot perfume kiri-kanan langsung cuss keluar.
No comments:
Post a Comment